JAKARTA, KOMPAS.com — Maraknya kasus rotaks (pompa bensin) jebol pada sejumlah taksi dan mobil pribadi selalu dihubung-hubungkan dengan kualitas bahan bakar bersubsidi. Nah, kali ini Komite Penghapusan Bensin Bertimbel mengklaim bahwa hal itu terjadi karena premium tercemar.
Ahmad Safrudin, Kordinator Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB), mengatakan, pihaknya telah melakukan penelitian terhadap 20 bengkel di area Jabodetabek dan menemukan beberapa kejanggalan pada kandungan bensin, seperi air, debu, dan jenis minyak lain yang memengaruhi daya hantar (konduksi).
"Zat asing yang ditemukan ini terbukti meningkatkan daya hantar listrik dari BBM sehingga menyebabkan hubungan pendek arus listrik pada fuel pump. Jika terus berulang-ulang, maka kerusakan terjadi," ujar Ahmad di Jakarta, Jumat (30/7/2010).
Menurutnya, keberadaan benda asing ini bisa disebabkan oleh buruknya perlakuan terhadap BBM selama perjalanan dari hulu ke hilir sampai menyentuh konsumen, mulai dari kapal tongkang, backloading terminal, transportasi darat, depo, hingga SPBU.
Seharusnya, Pertamina melakukan pelapisan (zinc coating) terhadap back loading terminal, dalam kasus ini depo Plumpang. Selain itu, mereka juga perlu melakukan pembersihan berkala untuk setiap tanki penyimpanan, dari di depo sampai ke SPBU.
"Zinc coating seharusnya dilakuan setiap lima tahun sekali dan tank cleaning minimal satu tahun sekali. Tapi, ini tak dilakukan. Memang dari hulunya BBM itu berkualitas, tapi kalau tak diawasi peredarannya, menjadi rusak," papar Ahmad.
Selain itu, ia juga menegaskan bahwa kualitas premium di Indonesia masih berada di bawah standar emisi gas buang kendaraan Euro2. Untuk itu, pihak Pertamina masih perlu untuk kembali mengklasifikasikan kualitas premium sesuai dengan yang dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan kendaraan bermotor.
Ahmad Safrudin, Kordinator Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB), mengatakan, pihaknya telah melakukan penelitian terhadap 20 bengkel di area Jabodetabek dan menemukan beberapa kejanggalan pada kandungan bensin, seperi air, debu, dan jenis minyak lain yang memengaruhi daya hantar (konduksi).
"Zat asing yang ditemukan ini terbukti meningkatkan daya hantar listrik dari BBM sehingga menyebabkan hubungan pendek arus listrik pada fuel pump. Jika terus berulang-ulang, maka kerusakan terjadi," ujar Ahmad di Jakarta, Jumat (30/7/2010).
Menurutnya, keberadaan benda asing ini bisa disebabkan oleh buruknya perlakuan terhadap BBM selama perjalanan dari hulu ke hilir sampai menyentuh konsumen, mulai dari kapal tongkang, backloading terminal, transportasi darat, depo, hingga SPBU.
Seharusnya, Pertamina melakukan pelapisan (zinc coating) terhadap back loading terminal, dalam kasus ini depo Plumpang. Selain itu, mereka juga perlu melakukan pembersihan berkala untuk setiap tanki penyimpanan, dari di depo sampai ke SPBU.
"Zinc coating seharusnya dilakuan setiap lima tahun sekali dan tank cleaning minimal satu tahun sekali. Tapi, ini tak dilakukan. Memang dari hulunya BBM itu berkualitas, tapi kalau tak diawasi peredarannya, menjadi rusak," papar Ahmad.
Selain itu, ia juga menegaskan bahwa kualitas premium di Indonesia masih berada di bawah standar emisi gas buang kendaraan Euro2. Untuk itu, pihak Pertamina masih perlu untuk kembali mengklasifikasikan kualitas premium sesuai dengan yang dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan kendaraan bermotor.
0 komentar
Posting Komentar